MELIHAT anak kembar berjalan berdampingan dengan
pakaian dan aksesoris yang sama, hampir sebagian
besar orang akan berkomentar. Namun memiliki anak
kembar tentu tak semata menghadapi sejumlah
persamaan yang dimiliki mereka.
Moms and Dads perlu memahami pola asuh yang tepat
untuk si kembar. Anak kembar biasanya mempunyai
ikatan emosi cukup kuat.
Mulai dari dalam satu
kandungan, lalu lahir hanya beda waktu sedikit,
kemudian satu kamar tidur, kemana-mana juga selalu
bareng sehingga mereka sangat dekat.
“Yang penting bagaimana pola pengasuhan anak kembar
harus memunculkan keunikan mereka, menjadi pribadi
yang punya karakter sendiri. Misalnya yang satu suka
makanan berkuah, yang satunya tidak. Atau yang satu
pendiam, yang satunya lagi lebih banyak ngomong. Hal
itu tidak masalah. Pada dasarnya mereka adalah individu
yang mempunyai keunikan,” urai Indri Savitri, M.Psi,
Psikolog dari LPTUI ini.
Dukung minat yang berbeda
Tak dapat dipungkiri, banyak orangtua senang
memperlakukan anak kembar dengan serba sama. Mulai
dari penampilan, sifat dan karakter juga selalu disama-
samakan meskipun berbeda. Memang kelihatannya lucu
dan menggemaskan melihat si kembar memakai baju,
sepatu atau hiasan rambut yang sama.
Ketika si kembar masih bayi, bukan masalah perihal
kebiasaan orangtua menyamakan cara berpakaian. Lain
halnya ketika mereka bertambah besar. Pada usia di atas
3 tahun biasanya anak kembar mulai ingin merasa
berbeda. Baik soal penampilan, memilih jenis makanan
atau aktivitas fisik seperti bermain.
Ketika anak ingin tampil berbeda dengan kembarannya,
orangtua harus mengikuti keinginan anak-anaknya.
Sebaiknya orangtua memfasilitasi, jangan disamakan
terus. Contoh, anak yang satu ingin main bongkar
pasang, sedangkan yang satunya lagi ingin main
boneka, biarkan mereka melakukan hal yang mereka
inginkan.
Jika selalu disama-samakan terus, akibatnya anak akan
mengembangkan kepribadiannya di bawah bayang-
bayang atau selalu melekat dengan saudara kembarnya.
Ia tidak punya identitas diri dan rasa percaya dirinya
rendah karena lebih mengikuti kakaknya. Kepribadian
menjadi tidak berkembang normal atau alami, ia menjadi
anak yang selalu ikut-ikutan, tidak dapat menjadi diri
sendiri.
Haruskah beda kelas?
Ada kalanya anak kembar memiliki rasa ketergantungan.
Hal tersebut wajar terjadi karena mereka tumbuh dan
berkembang bersama. Sejak kecil mereka biasa satu
kamar tidur, tukar-tukaran baju, alat tulis, mainan dan
sebagainya. Tapi setelah masuk sekolah, anak kembar
harus mampu mengembangkan diri sendiri dan harus
menemukan sesuatu yang bisa dibanggakan sehingga
lebih percaya diri.
Jadi meskipun mereka kembar, tidak perlu selalu dibuat
atau diperlakukan sama. Termasuk ketika si kembar
memilih sekolah. Sebaiknya anak kembar dipisah dalam
pemilihan sekolah sesuai karakter, minat, hobi, kegiatan
tapi bukan dalam hal pengasuhan. Ada anggapan bahwa
kembar tidak boleh satu sekolah agar dapat
mengembangkan identitas independent mereka dan tidak
tergantung kembarannya. Tujuannya anak dapat tumbuh
dengan pribadi seutuhnya.
“Beberapa orangtua memilih menyekolahkan si kembar
dalam satu sekolah yang sama dengan alasan kalau
berjauhan sulit antar jemputnya. Kalau memang faktor
jarak menjadi kendala, boleh-boleh saja. Tapi walaupun
sekolah mereka sama, sebaiknya kelasnya dipisah,”
saran Indri.
Tak lupa untuk bertanya lebih dulu pada si kembar
apakah ingin sekolahnya dipisah atau tidak. Termasuk
ketika mereka ingin memilih kamar berbeda juga.
Biarkan anak memilih sendiri apa yang mereka yakini,
ikuti saja apa yang mereka mau apakah mau pisah atau
tidak.
Yang harus diingat anak kembar sebaiknya tidak dipisah
pengasuhannya sejak dari bayi, dalam arti dibesarkan di
keluarga yang berbeda. Misalnya dititipkan ke paman/
bibinya atau yang masih ada hubungan saudara.
Pasalnya hal itu akan memengaruhi kepribadian anak
tersebut karena anak akan merasa dibuang. Biasanya
kelak akan meninggalkan sakit hati atau perasaan
terluka sangat dalam atau bisa juga dalam bentuk
kemarahan yang dipendam.
Jenis kelamin berpengaruh
Pola asuh anak kembar sejenis dengan yang berlainan
jenis kelamin memiliki sedikit perbedaan. Anak
perempuan biasanya lebih mudah dipahami, lebih mudah
diatur, karena responsif dan peka bahasa. Sedangkan
anak laki-laki lebih suka eksplorasi, bereksperimen,
kegiatan outdoor dan harus lebih diatur misalnya kalau
mau mandi, anak laki-laki harus disuruh-suruh dulu.
Anak laki-laki harus lebih dimonitor, sedangkan anak
perempuan harus lebih dikembangkan sisi-sisi lainnya
seperti tidak hanya seputar rumahan saja, tapi juga
pergaulan di luar rumah (outdoor).
“Pada dasarnya pengasuhan dalam keseharian sama
saja. Yang penting harus tetap ada keterbukaan karena
ini penting dalam pengasuhan anak supaya lebih
mengenal diri, tahu kebutuhan dan keinginan anak,
dimana antara orangtua dan anak dibiasakan selalu ada
dialog atau komunikasi,” tutupnya.
Tip & trik mendidik si kembar
1. Perlu adanya kebersamaan aktivitas misalnya dalam
permainan, dongeng bersama, saling cerita, makan
bareng, tidur bareng. Sehingga anak dapat saling
mengingatkan kapan saatnya harus tidur atau ketika
makan misalnya yang satu tidak suka sayur, ajak makan
sayur sama-sama. Katakan “Kakak saja suka sayur nih,
enak kok!”
2. Beri kebebasan bermain. Ada saatnya anak kembar
ingin melakukan suatu hal sendirian tanpa saudara
kembarnya. Misalnya permainan yang dilakukan sendiri
seperti menggambar, menggunting, dan sebagainya.
Sedangkan permainan yang bisa dilakukan bersama-
sama misalnya main kartu, interaktif air, monopoli, dan
lainnya.
3. Sebaiknya ikuti keinginan anak jika ingin dipisah baik
dalam hal memilih kamar tidur, atau sekolah tapi
sesuaikan dengan karakter, minat, hobi, kegiatan, bukan
dipisah dalam hal pengasuhan.
4. Pengasuhan lebih mengutamakan keunikan pribadi
masing-masing anak.
5. Kembangkan minat dan bakat masing-masing anak
dan berikan apresiasi.
6. Hindari membanding-bandingkan dan jangan
menyamakan anak kembar karena masing-masing anak
punya kelebihan dan keunikan sendiri. (Sumber: Tabloid
Mom & Kiddie) (/) (ftr)
pakaian dan aksesoris yang sama, hampir sebagian
besar orang akan berkomentar. Namun memiliki anak
kembar tentu tak semata menghadapi sejumlah
persamaan yang dimiliki mereka.
Moms and Dads perlu memahami pola asuh yang tepat
untuk si kembar. Anak kembar biasanya mempunyai
ikatan emosi cukup kuat.
Mulai dari dalam satu
kandungan, lalu lahir hanya beda waktu sedikit,
kemudian satu kamar tidur, kemana-mana juga selalu
bareng sehingga mereka sangat dekat.
“Yang penting bagaimana pola pengasuhan anak kembar
harus memunculkan keunikan mereka, menjadi pribadi
yang punya karakter sendiri. Misalnya yang satu suka
makanan berkuah, yang satunya tidak. Atau yang satu
pendiam, yang satunya lagi lebih banyak ngomong. Hal
itu tidak masalah. Pada dasarnya mereka adalah individu
yang mempunyai keunikan,” urai Indri Savitri, M.Psi,
Psikolog dari LPTUI ini.
Dukung minat yang berbeda
Tak dapat dipungkiri, banyak orangtua senang
memperlakukan anak kembar dengan serba sama. Mulai
dari penampilan, sifat dan karakter juga selalu disama-
samakan meskipun berbeda. Memang kelihatannya lucu
dan menggemaskan melihat si kembar memakai baju,
sepatu atau hiasan rambut yang sama.
Ketika si kembar masih bayi, bukan masalah perihal
kebiasaan orangtua menyamakan cara berpakaian. Lain
halnya ketika mereka bertambah besar. Pada usia di atas
3 tahun biasanya anak kembar mulai ingin merasa
berbeda. Baik soal penampilan, memilih jenis makanan
atau aktivitas fisik seperti bermain.
Ketika anak ingin tampil berbeda dengan kembarannya,
orangtua harus mengikuti keinginan anak-anaknya.
Sebaiknya orangtua memfasilitasi, jangan disamakan
terus. Contoh, anak yang satu ingin main bongkar
pasang, sedangkan yang satunya lagi ingin main
boneka, biarkan mereka melakukan hal yang mereka
inginkan.
Jika selalu disama-samakan terus, akibatnya anak akan
mengembangkan kepribadiannya di bawah bayang-
bayang atau selalu melekat dengan saudara kembarnya.
Ia tidak punya identitas diri dan rasa percaya dirinya
rendah karena lebih mengikuti kakaknya. Kepribadian
menjadi tidak berkembang normal atau alami, ia menjadi
anak yang selalu ikut-ikutan, tidak dapat menjadi diri
sendiri.
Haruskah beda kelas?
Ada kalanya anak kembar memiliki rasa ketergantungan.
Hal tersebut wajar terjadi karena mereka tumbuh dan
berkembang bersama. Sejak kecil mereka biasa satu
kamar tidur, tukar-tukaran baju, alat tulis, mainan dan
sebagainya. Tapi setelah masuk sekolah, anak kembar
harus mampu mengembangkan diri sendiri dan harus
menemukan sesuatu yang bisa dibanggakan sehingga
lebih percaya diri.
Jadi meskipun mereka kembar, tidak perlu selalu dibuat
atau diperlakukan sama. Termasuk ketika si kembar
memilih sekolah. Sebaiknya anak kembar dipisah dalam
pemilihan sekolah sesuai karakter, minat, hobi, kegiatan
tapi bukan dalam hal pengasuhan. Ada anggapan bahwa
kembar tidak boleh satu sekolah agar dapat
mengembangkan identitas independent mereka dan tidak
tergantung kembarannya. Tujuannya anak dapat tumbuh
dengan pribadi seutuhnya.
“Beberapa orangtua memilih menyekolahkan si kembar
dalam satu sekolah yang sama dengan alasan kalau
berjauhan sulit antar jemputnya. Kalau memang faktor
jarak menjadi kendala, boleh-boleh saja. Tapi walaupun
sekolah mereka sama, sebaiknya kelasnya dipisah,”
saran Indri.
Tak lupa untuk bertanya lebih dulu pada si kembar
apakah ingin sekolahnya dipisah atau tidak. Termasuk
ketika mereka ingin memilih kamar berbeda juga.
Biarkan anak memilih sendiri apa yang mereka yakini,
ikuti saja apa yang mereka mau apakah mau pisah atau
tidak.
Yang harus diingat anak kembar sebaiknya tidak dipisah
pengasuhannya sejak dari bayi, dalam arti dibesarkan di
keluarga yang berbeda. Misalnya dititipkan ke paman/
bibinya atau yang masih ada hubungan saudara.
Pasalnya hal itu akan memengaruhi kepribadian anak
tersebut karena anak akan merasa dibuang. Biasanya
kelak akan meninggalkan sakit hati atau perasaan
terluka sangat dalam atau bisa juga dalam bentuk
kemarahan yang dipendam.
Jenis kelamin berpengaruh
Pola asuh anak kembar sejenis dengan yang berlainan
jenis kelamin memiliki sedikit perbedaan. Anak
perempuan biasanya lebih mudah dipahami, lebih mudah
diatur, karena responsif dan peka bahasa. Sedangkan
anak laki-laki lebih suka eksplorasi, bereksperimen,
kegiatan outdoor dan harus lebih diatur misalnya kalau
mau mandi, anak laki-laki harus disuruh-suruh dulu.
Anak laki-laki harus lebih dimonitor, sedangkan anak
perempuan harus lebih dikembangkan sisi-sisi lainnya
seperti tidak hanya seputar rumahan saja, tapi juga
pergaulan di luar rumah (outdoor).
“Pada dasarnya pengasuhan dalam keseharian sama
saja. Yang penting harus tetap ada keterbukaan karena
ini penting dalam pengasuhan anak supaya lebih
mengenal diri, tahu kebutuhan dan keinginan anak,
dimana antara orangtua dan anak dibiasakan selalu ada
dialog atau komunikasi,” tutupnya.
Tip & trik mendidik si kembar
1. Perlu adanya kebersamaan aktivitas misalnya dalam
permainan, dongeng bersama, saling cerita, makan
bareng, tidur bareng. Sehingga anak dapat saling
mengingatkan kapan saatnya harus tidur atau ketika
makan misalnya yang satu tidak suka sayur, ajak makan
sayur sama-sama. Katakan “Kakak saja suka sayur nih,
enak kok!”
2. Beri kebebasan bermain. Ada saatnya anak kembar
ingin melakukan suatu hal sendirian tanpa saudara
kembarnya. Misalnya permainan yang dilakukan sendiri
seperti menggambar, menggunting, dan sebagainya.
Sedangkan permainan yang bisa dilakukan bersama-
sama misalnya main kartu, interaktif air, monopoli, dan
lainnya.
3. Sebaiknya ikuti keinginan anak jika ingin dipisah baik
dalam hal memilih kamar tidur, atau sekolah tapi
sesuaikan dengan karakter, minat, hobi, kegiatan, bukan
dipisah dalam hal pengasuhan.
4. Pengasuhan lebih mengutamakan keunikan pribadi
masing-masing anak.
5. Kembangkan minat dan bakat masing-masing anak
dan berikan apresiasi.
6. Hindari membanding-bandingkan dan jangan
menyamakan anak kembar karena masing-masing anak
punya kelebihan dan keunikan sendiri. (Sumber: Tabloid
Mom & Kiddie) (/) (ftr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar